BAGAIMANA LINTAS TRANSFORMASI BUDAYA MEDIA YANG DAPAT MENGHANCURKAN BUDAYA SUATU MASYARAKAT TERTENTU?
Anggota Kelompok 2 :
A Ias Falah Surya Gemilang (50421001)
Atthar Alifiano Ibrahim (50421231)
Boas Agung Saputra Samosir (50421289)
Dimas Setyo Nugroho (50421396)
Fahrel ardzaky Eriyanputra (50421442)
Muhammad Rifky Anugrah Ramadhan (51421059)
Latar Belakang.
Pada saat zaman teknologi informasi yang sedang berkembang pesat seperti sekarang ini, perkembangan media sangatlah pesat, penyebaran informasi, budaya, teknologi sangat cepat tersebar ke berbagai negara,ini merupakan sebuah globalisasi yang menyangkup seluruh warga dunia. Globalisasi adalah suatu proses yang menempatkan masyarakat dunia dapat menjangkau satu dengan yang lain atau saling terhubungkan dalam semua aspek kehidupan, baik dalam bidang ekonomi, politik, budaya, teknologi maupun lingkungan.
Globalisasi pada hakikatnya ternyata telah membawa nuansa budaya dan nilai yang mempengaruhi selera dan gaya hidup masyarakat. Melalui media yang kian terbuka dan terjangkau, masyarakat menerima berbagai informasi tentang peradaban baru yang datang dari seluruh penjuru dunia. Padahal, kita menyadari belum semua warga negara mampu menilai sampai dimana kita sebagai bangsa berada. Misalnya, banjir informasi dan budaya baru yang dibawa media baik media cetak maupun media elektronik tak jarang teramat asing dari sikap hidup dan norma yang berlaku di Indonesia.
Pembahasan.
Pada topik pembahasan kali ini masalahnya berada pada Lintas Transformasi Budaya media Yang Dapat Menghancurkan Budaya Suatu Masyarakat Tertentu. Kami kelompok 2 mengambil contoh Indonesia, Negara Kesatuan Republik Indonesia memiliki wilayah yang luas yang mencakup dari sabang sampai merauke, Indonesia murupakan negara yang dikenal dunia dengan macam ragam budaya nya, dan memang budaya di indonesia telah banyak dikagumi masyarakat manca negara, seperti tari-tarian yang tak terhitung jumlahnya. Pada saat perkembangan teknologi informasi sekarang, perkembangan mediapun berkembang sangat pesat. Penyebaran budaya dari manca negara masuk dengan bebas ke dalam indonesia melalui media-media, baik media sosial, media cetak, ataupun media pertelevisian. Beragam budaya yang masuk itu meliputi budaya yang positif maupun negatif dari segi budaya berpakaian, pergaulan dan lainnya. Jujur saja menurut kami masuknya budaya-budaya tersebut ke indonesia memang sedikit merusak budaya yang berada di negara kita terutama kaum generasi muda, banyak dari sebagian yang melupakan budaya indonesia, malah lebih mengenal budya asing seperti Kpop dan lainnya. Mengenal budaya asing memang tidak dilarang namun menurut kami jangan sampai budaya negara kita tercinta dilupakan begitu saja, karena budaya juga merupakan jati diri bangsa. Globalisasi sebagai sebuah gejala tersebarnya nilai-nilai dan budaya tertentu keseluruh dunia (sehingga menjadi budaya dunia atau world culture) telah terlihat semenjak lama. Cikal bakal dari persebaran budaya dunia ini dapat ditelusuri dari perjalanan para penjelajah Eropa Barat ke berbagai tempat di dunia ini, namun perkembangan globalisasi kebudayaan secara intensif terjadi pada awal abad ke-20 dengan berkembangnya teknologi komunikasi. Kontak melalui media menggantikan kontak fisik sebagai sarana utama komunikasi antarbangsa. Perubahan tersebut menjadikan komunikasi antarbangsa lebih mudah dilakukan. Hal inilah yang menyebabkan semakin cepatnya perkembangan globalisasi kebudayaan. Kebudayaan itu sendiri dapat didefinisikan sebagai hasil karya, rasa, dan cipta masyarakat. Karya (material culture) adalah kemampuan manusia untuk menghasilkan atau berwujud benda yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Rasa adalah semua unsur ekspresi jiwa manusia yang mewujudkan nilai-nilai dan norma-norma sosial, termasuk di dalamnya agama, ideologi, kebatinan, dan kesenian. Cipta adalah kemampuan mental dan berpikir yang menghasilkan ilmu pengetahuan. Indonesia sebagai negara kepulauan yang terbentang dari Sabang sampai Merauke memiliki keberagaman suku dan budaya tradisi sebagai ciri khas daerah masing-masing. Tidak hanya itu, Indonesia juga mempunyai keragaman bahasa daerah, adat istiadat, serta agama. Dari situlah Indonesia disebut Nusantara. Negara yang mempunyai beragam budaya sebagai ciri khas daerah masing-masing namun tetap menjadi bagian dari Indonesia, namun saat ini dengan masuknya budaya asing ke Indonesia sebagai akibat derasnya arus globalisasi sedikit banyak mengancam eksistensi kebudayaan daerah di Indonesia. Pengaruh tersebut berjalan sangat cepat dan berdampak sangat luas pada sistem budaya masyarakat. Adapun dampak yang ditimbulkan dengan adanya globalisasi budaya ini, dapat berupa dampak positif maupun dampak negatif. Dampak positif dari globalisasi budaya tersebut di antaranya adalah perubahan tata nilai dan sikap masyarakat yang semula irasional menjadi rasional, berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi memberikan kemudahan kepada masyarakat dalam beraktivitas, dan mendorong untuk berpikir lebih maju dan tingkat kehidupan yang lebih baik. Adapun dampak negatif dari globalisasi budaya diantaranya adalah berkembangnya sifat individualis karena masyarakat merasa dimudahkan dengan teknologi maju membuat mereka merasa tidak lagi membutuhkan orang lain, meningkatnya sifat materialistis karena masyarakat memandang segalanya dari segi materi, meningkatnya sifat konsumerisme yaitu proses konsumsi atau pemakaian barang-barang hasil produksi secara berlebihan atau tidak sepantasnya secara berkelanjutan dan hedonism yaitu pandangan hidup yang menganggap bahwa orang akan menjadi bahagia dengan mencari kebahagiaan sebanyak mungkin dan sedapat mungkin menghindari perasaan-perasaan yang menyakitkan. Begitu cepatnya pengaruh budaya asing tersebut menyebabkan terjadinya goncangan budaya (culture shock), yaitu suatu keadaan dimana masyarakat tidak mampu menahan berbagai pengaruh budaya yang datang dari luar sehingga terjadi ketidakseimbangan dalam kehidupan masyarakat yang bersangkutan. Adapun faktor-faktor yang mengancam eksistensi budaya daerah dikarenakan masuknya budaya asing, diantaranya,
a. Kurangnya kesadaran masyarakat. Kesadaran masyarakat untuk menjaga budaya daerah sekarang ini minim. Masyarakat lebih memilih budaya asing yang lebih praktis dan sesuai dengan perkembangan zaman.
b. Minimnya komunikasi budaya. Kemampuan untuk berkomunikasi sangat penting agar tidak terjadi salah pahaman tentang budaya yang dianut. Minimnya komunikasi budaya ini sering menimbulkan perselisihan antarsuku yang akan berdampak turunnya ketahanan budaya bangsa.
c. Kurangnya pembelajaran budaya. Pembelajaran tentang budaya, harus ditanamkan sejak dini.
Namun sekarang ini banyak yang sudah tidak menganggap penting mempelajari budaya daerah. Padahal melalui pembelajaran budaya, kita dapat mengetahui pentingnya budaya daerah dalam membangun budaya bangsa serta bagaimana cara mengadaptasi budaya lokal di tengan perkembangan zaman. Jika kita melihat beberapa faktor tersebut yang disertai banyaknya serangan berupa masuknya budaya asing sangat dikhawatirkan dan menjadi ancaman tersendiri bagi eksistensi kebudayaan Indonesia. Apalagi ketika Indonesia tidak berhasil menjaga eksistensi budaya-budaya yang nyaris punah hingga akhirnya kebudayaan tersebut dicuri, dipatenkan ataupun di eksploitasi dalam rangka komersial, bahkan diklaim kepemilikannya oleh oknum-oknum atau korporasi dari negara asing. Namun pada kenyataannya, dalam kehidupan sehari-hari untuk melakukan upaya-upaya pelestarian budaya tradisi di era globalisasi saat ini memang menemukan banyak kendala. Faktor-faktor penghambat dalam upaya pelestarian budaya daerah, yaitu:
A. Faktor internal yaitu sikap nasionalisme individu untuk lebih mencintai budaya asli Indonesia yang masih rendah. Terkadang pola hidup individualisme menjadi faktor penyebab minimnya kesadaran untuk memiliki sesuatu secara bersama-sama.
B. Faktor eksternal yaitu kurangnya sosialisasi dan mediasi baik itu dari pihak yang bertanggung jawab menangani masalah tersebut maupun media sebagai sarana public relations yang menjembatani informasi kepada masyarakat. Selain itu, peran masyarakat juga cukup penting untuk mengajarkan pada generasi muda agar memiliki keahlian untuk melestarikan budaya yang dimilikinya. Namun, realisasi di lapangan hal tersebut tidak terlaksana sehingga generasi muda tidak peduli dengan eksistensi budayanya sendiri. Sebagai contoh generasi muda mungkin tidak mengetahui lagu-lagu dan tarian dari daerah mereka sendiri tetapi mereka bisa dengan mudahnya menarikan tarian modern atau balet dan menyanyikan lagu-laguanak sekarang. Oleh karenanya, tantangan era globalisasi yang bisa mengancam eksistensi budaya dan kepribadian bangsa Indonesia seperti sekarang ini harus ditangkal melalui implementasi nilai-nilai yang terkandung di dalam Pancasila yang merupakan falsafah hidup bangsa Indonesia.
Pengaruh negatif budaya asing di media massa adalah terjadinya goncangan budaya karena adanya individu yang tidak siap menerima perubahan dan pergeseran nilai-nilai budaya dan adat istiadat. Contoh pengaruh negatif dari budaya asing akibat globalisasi adalah:
Terjadinya sikap mementingkan diri sendiri (individualisme) sehingga kegiatan gotong royong dan kebersamaan dalam masyarakat mulai ditinggalkan.
Terjadinya sikap materialisme, yaitu sikap mementingkan dan mengukur segala sesuatu berdasarkan materi karena hubungan sosial dijalin berdasarkan kesamaan kekayaan, kedudukan sosial atau jabatan. Akibat sikap materialisme, kesenjangan sosial antargolongan kaya dan miskin semakin lebar.
Adanya sikap sekularisme yang lebih mementingkan kehidupan duniawi dan mengabaikan nilai-nilai agama.
Timbulnya sikap bergaya hidup mewah dan boros karena status seseorang di dalam masyarakat diukur berdasarkan kekayaannya.
Tersebarnya nilai-nilai budaya yang melanggar nilai-nilai kesopanan dan budaya bangsa melalui media massa seperti tayangan-tayangan film yang mengandung unsur pornografi yang disiarkan televisi asing yang dapat ditangkap melalui berbagai saluran atau situs-situs pornografi di internet.
Masuknya budaya asing yang tidak sesuai dengan nilai-nilai budayabangsa, yang dibawa para wisatawan asing. Misalnya, perilaku seks bebas (free sex).
Studi Kasus
Perilaku hidup boros
Para remaja yang begitu terobsesi kepada musik K-pop, drama Korea, bahkan produk-produk yang berasal dari Korea, membuat mereka mengeluarkan banyak uang hanya untuk sekadar membeli DVD, menonton konser, dan pergi ke Korea hanya untuk berburu barang-barang asli Korea. Meskipun mereka menabung untuk mendapatkan barang-barang tersebut, namun hal itu juga bukanlah hal yang baik karena uang yang begitu banyak dikumpulkan terbuang sia-sia hanya untuk sesuatu yang tidak perlu.
Munculnya Peperangan Antar Fans (Fan War)
Setiap orang mempunyai selera musik yang berbeda. Karena ada perbedaan selera musik atau perbedaan suatu kegemaran itulah yang membuat masing-masing fandom pasti juga mempunyai antis atau orang yang tidak menyukai suatu boyband atau girlband tersebut. Perbedaan itulah yang memicu suatu fan war atau peperangan antar fans. Biasanya hal ini banyak terjadi di dunia maya.
Terlebih lagi, akibat kemunculan para boyband dan girlband Indonesia yang mengikuti gaya Korea, membuat para Kpopers kurang menyukai Ipopers (pecinta boyband dan girlband Indonesia). Para Kpopers menganggap para boyband dan girlband Indonesia meniru kebudayaan Korea, sedangkan para Ipopers menuduh Kpopers tidak mencintai produk lokal. Hal ini menjadikan perseteruan yang sangat sengit antara pecinta musik Korea dengan pecinta musik Indonesia.
Tentulah hal ini bukan hal yang baik bagi para remaja karena mereka menjadi terbiasa untuk berkelahi dan merasa paling hebat dalam suatu hal.
Munculnya unsur pornografi dan pornoaksi
Selain bergaya hidup boros dan sering fanwar, para pecinta Korea yang gemar sekali membaca ataupun menulis FF (Fanfiction), mulai mengembangkan gaya fanfic yang awalnya hanya cerita fiksi biasa menjadi fanfic yang ceritanya mengandung unsur pornoaksi. FF ini dinamakan FF NC atau FF No Child, biasanya FF NC diberikan rating sesuai dengan batas usia yang boleh membacanya, mulai dari rating 17+ , 21+ sampai 25+. FF jenis ini dapat dengan mudah ditemukan di dalam blog atau bahkan di dalam situs jejaring sosial Facebook.
Walaupun ada beberapa blog yang masih memperhatikan moral para remaja Indonesia dengan memberikan password untuk FF NC , namun tak jarang pula anak-anak yang masih di bawah umur memaksa untuk membacanya dan mengetahui passwordnya. Hal ini akan menjadi semakin buruk apabila yang membuat jenis cerita seperti itu adalah anak-anak di bawah usia 17 tahun. Selain FF NC, para pecinta Korea juga gemar membuat FF yuri dan FF yaoi, FF yuri dan yaoi adalah cerita fiksi yang mengisahkan tentang percintaan sesama jenis. Tentu hal ini sangat merusak mental dan moral para remaja Indonesia yang akhirnya dapat berakibat ke dalam kehidupan mereka sehari-hari, mereka bisa menganggap percintaan sesama jenis adalah hal yang biasa. Sedangkan bagi para Kpopers yang pandai mengedit foto, maka mereka akan mengedit foto (fanmade) yang mengandung unsur pornografi dan membagikan foto-foto tersebut ke dalam situs jejaring social. Akhirnya, moral para remaja pecinta Korea mulai diracuni dengan hal yang berbau pornoaksi dan pornografi, hal ini dapat berakibat fatal bagi para pecinta korea yang masih di bawah umur, mereka dengan cepat bisa mengerti dan belajar tentang hal-hal yang seharusnya belum perlu mereka ketahui. Kata-kata yang dianggap tabu untuk diucapkan di depan umum juga dianggap biasa oleh para remaja Indonesia yang sangat mencintai Korea itu.
Solusi untuk menyelamatkan budaya Indonesia dari dampak budaya luar :
Harus selalu bisa menghargai dan harus berusaha mencintai budaya kita sendiri selaku Bangsa Indonesia.
Mengajarkan budaya negara kita ke negara lain dengan bangga.
Menyaring budaya-budaya luar yang sekira nya dapat merusak budaya negeri kita sendiri.
Saling toleransi terhadap masing-masing budaya daerah dan saling mengormati.
Kesimpulan
Selama kita sebagai Warga Negara Indonesia yang masih bisa menyaring baik maupun buruk dari budaya luar, kita pasti bisa selalu mempertahankan budaya asli negeri kita. Bukan hanya menyaring dampaknya saja, tetapi kita harus bisa juga melestarikan budaya-budaya kita dan memperkenalkan budaya kita ke negara luar agar budaya kita semakin dipandang dan diapresiasi.
Referensi :
http://lemhannas.go.id/jurnal_edisi_32_desember_2017
Link Youtube :
Rangkuman singkat
Dalam study kasus kali ini kami membahas mengenai peranan media dalam merusak suatu budaya masyarakat di suatu wilayah,namun dalam diskusi kami yang begitu panjang kami menyimpulkan bahwa media hanyalah perantara tersebar nya berbagai macam budaya ke berbagai macam negara,yang dapa mengatasi atau mencegah hancur nya suatu budaya adalah dirikita sendiri,apakah akan tetap melestarikan atau membiarkan budaya kita dan lebih memilih budaya asing yang kaum muda lihat lebih keren,namun menurutkami kondisi itu jangan sampai terjadi,mengenal buudaya asing memang diperbolehkan namun jangan sampai budaya kita dilupakan hingga hilang terkikis waktu,oleh karena itu tugas kita kaum generasi muda untuk terus melestarikan budaya kita agar tetap ada,karena budaya adalah bagian dari identitas suatu bangsa.
Komentar
Posting Komentar